Tuesday, June 10, 2014

KETIKA SHALAT DIREMEHKAN


    Setiap kali berangkat dan pulang dari masjid, saya selalu melewati komisariat sebuah organisasi mahasiswa Islam besar. Rumah yang dipakai sebagai sekretariat itu hanya berjarak dua rumah dari masjid. Suara adzan terdengar jelas dari sana. Para mahasiswa yang masih muda, segar, dan energik itu tampak begitu semangat. Tak jarang saya melintas saat mereka sedang asik berkumpul dan berdiskusi. Sayangnya,meskipun adzan telah berkumandang beberapa menit tampaknya mereka tidak tergugah untuk menyudahi diskusi itu dan memenuhi undangan Allah. Sambil berangkat saya berkhusnuzhan mereka akan segera menyusul. Namun, agak susah tetap berbaik sangka ketika shalat usai dan jamaah pulang ternyata mereka masih asyik berbincang.
    Agak sulit bagi saya untuk tidak mengaitkan karut marut negeri ini dengan perilaku segelintir generasi muda anggota organisasi tersebut. Sebab, organisasi mahasiswa Islam itu telah melahirkan banyak tokoh besar untuk negeri ini. Alumninya banyak yang telah memegang jabatan strategis mulai dari menteri sampai ketua partai. Teringat saya akan pesan khalifah Umar bin Al-Khatab. "Sesungguhnya diantara perkara terpenting bagi kalian adalah shalat. Barang siapa menjaga shalat, berarti dia telah menjaga agama. Barang siapa yang menyia-nyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan lebih disia-siakan lagi. Tidak ada bagian dalam islam, bagi orang yang meninggalkan shalat."
    Perilaku mereka yang meremahkan shalat berbanding lurus dengan sikap mereka yang meremahkan amanah, mengingkari janji, dan amalan lain selain shalat. Korupsi menjadi hal remeh. Menindas menjadi hal remeh. Mencarikambing hitam menjadi hal yang remeh.
    Dalam hati saya berdoa mudah-mudahan mereka bukan generasi yang disebutkan Allah dalam A-Qur'an, "Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang meremahkan shalat dan menuruti hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman, dan beramal shaleh." (QS. Maryam: 59-60).
    Umar bin 'Abdul 'Aziz, sebagaimana dikatakan oleh al-Auza'i menjelaskan bahwa meremehkan shalat bukan berarti meninggalkannya, akan tetapi meremehkan waktunya. Dan Hasan al-Bashri berpendapat bahwa maksud meremehkan shalat adalah meninggalkan masjid.
    Sa'id bin Musayyib mengatakan, "Pengertian meninggalakan shalat bukan berarti meninggalkan shalat itu sama sekali, akan tetapi  Orang itu tidak shalat Ashar, Dzuhur kecuali hingga datangnya waktu Maghrib, tidak shalat Maghrib hingga datangnya waktu Isya' dan tidak shalat Isya' hingga datangnya Fajar."
    Suatu sore nenek penjaga masjid memandang sekelompok mahasiswa itu shalat berjamaah di sudut masjid sambil mengelus dada. Ketika itu jam di dinding masjid menunjukkan pukul 17.30, astinya lima belas menit lagiadzan maghrib akan berkumandang.


sumber: ar-risalah edisi 156
0 Comments
Komentar

0 comments:

Post a Comment