Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan pada pandangan konstruktivisme. Pandangan ini berasumsi bahwa mengajar bukan sebagai proses di mana gagasan-gagasan guru diteruskan pada para peserta didik, melainkan sebagai proses untuk mengubah dan membangun gagasan-gagasan.
Menurut Renner & Abraham (1988: 39) model Learning Cycle dikembangkan pertama kali oleh Karplus, yang tergabung dalam Science Curriculum Improvement Study (SCIS), yang membagi model Learning Cycle terdiri dari tiga fase, yaitu exploration, conceptual invention, dan expansion. Terdapat istilah-istilah yang berbeda pada penamaan fase-fase dalam model Learning Cycle ini. Dahar (1988: 198) menggunakan istilah eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep.
a) Fase Eksplorasi
Pada fase ini guru
menyajikan fakta atau fenomena yang berkaitan dengan konsep yang akan
diajarkan. Peserta didik menyelidiki fenomena tersebut dengan bimbingan minimal
sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan atau kekompleksan yang tidak dapat
mereka pecahkan dengan pola penalaran yang biasa mereka lakukan. Fase ini
menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk menggunakan pengetahuan awalnya
dalam mengobservasi, memahami, serta mengkomunikasikannya pada orang lain
berdasarkan konsep-konsep yang telah mereka ketahui. Tujuan dari kegiatan ini
adalah untuk melibatkan peserta didik secara aktif dalam suatu aktivitas yang
dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan motivasi belajar. Di samping itu kegiatan
pada fase ini memungkinkan peserta didik menyadari konsep yang telah
dimilikinya.
b) Fase Pengenalan
Konsep
Pada fase ini peserta didik
mengemukakan gagasan-gagasan kemudian didiskusikan dalam konteks apa yang telah
diamati selama fase eksplorasi. Guru memberikan penguatan terhadap jawaban atau
gagasan yang diungkapkan peserta didik. Selain itu, guru mengenalkan istilah-istilah,
penjelasan, pengkontrasan mengusulkan alternatif pemecahan, atau memperbaiki
miskonsepsi peserta didik. Peserta didik dengan bimbingan guru
mengorganisasikan datanya untuk menemukan keteraturan atau hubungan antar
konsep.
c) Fase Aplikasi Konsep
Fase ini memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk menggunakan konsep-konsep yang telah
diberikan pada fase pertama dan kedua untuk menyelesaikan persoalan dalam konteks
yang berbeda. Peserta didik menerapkan
konsep yang telah mereka dapat pada situasi baru, baik untuk memahami
sifat-sifat konsep lebih jauh (materi pengayaan) atau dalam konteks kehidupan
sehari-hari. Guru membantu menginterpretasi dan menggeneralisasi hasil
pengalaman peserta didik. Peserta didik memperoleh penguatan dan pengembangan
struktur mental yang baru.
Menurut Dahar (1988: 173)
fase ini memberikan kontribusi yang cukup penting dalam proses belajar, sebab
biasanya informasi itu dinilai kurang berharga jika tidak dapat diterapkan di
luar konteks di mana informasi itu dipelajari. Jadi generalisasi atau transfer
informasi pada situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar. Selain
itu fase ini dapat juga dikatakan sebagai umpan balik. Menurut Lardizabal,
dkk. (1991: 50) fase ini merupakan evaluasi
apakah pembelajaran dapat diterima atau tidak. Proses belajar belum terjadi,
jika peserta didik tidak bisa menerapkan atau menggunakan apa yang telah ia pelajari.
Jika ia belajar suatu aturan, maka ia akan dapat menerapkan aturan tersebut
dalam penyelesaian masalah lain. Jika ia belajar suatu fakta, maka ia akan
dapat mengakui fakta tersebut dalam situasi yang berbeda.
Learning Cycle melalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi
pebelajar untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara
berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Implementasi Learning Cycle dalam pembelajaran sesuai
dengan pandangan kontruktivis yaitu:
1) Peserta didik belajar secara aktif. Peserta
didik mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir.
Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman peserta didik.
2) Informasi baru dikaitkan dengan skema yang
telah dimiliki peserta didik. Informasi baru yang dimiliki peserta didik
berasal dari interpretasi individu.
3) Orientasi pembelajaran adalah investigasi
dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah. (Hudojo, 2001)
Dengan
demikian proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru
ke peserta didik, seperti dalam falsafah behaviorisme, tetapi merupakan proses
pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan peserta didik secara
aktif dan langsung.
Adapun fase-fase
dalam model pembelajaran Learning Cycle adalah sebagai berikut.
1) Engagement
(keterlibatan)
Menyiapkan (mengkondisikan) diri pebelajar, mengetahui kemungkinan
terjadinya miskonsepsi, membangkitkan minat dan keingintahuan (curiosity)
pebelajar.
Ø demonstrasi oleh guru atau peserta didik
Ø tanya jawab dalam rangka mengeksplorasi
pengetahuan awal, pengalaman, dan ide-ide peserta didik
Ø peserta didik diajak membuat
prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan
2) Eksploration (eksplorasi)
Peserta didik bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil, menguji prediksi,
melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide
Ø demonstrasi
Ø mengerjakan LKPD (Lembar Kegiatan Peserta
didik)
3) Explanation (penjelasan)
Peserta didik menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, guru
meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka dan mengarahkan kegiatan
diskusi, peserta didik menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari
Ø mengkaji literatur
Ø diskusi kelas
4) Elaboration
(elaborasi)
Guru memberi peserta didik informasi baru yang lebih luas apa yang mereka
telah pelajari di bagian-bagian awal dari siklus belajar. Pada tahap ini guru
juga menciptakan masalah agar peserta didik mampu memecahkan masalah dengan
menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Peserta didik menerapkan konsep dan
ketrampilan dalam situasi baru.
Ø demontrasi lanjutan
Ø penyelesaian masalah (problem solving)
5) Evaluation (evaluasi)
Guru dapat mengadakan evaluasi dengan tes pada akhir setiap tahap. Evaluasi
dilakukan terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya, evaluasi terhadap
pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi pebelajar dalam konteks baru
yang kadang-kadang mendorong pebelajar melakukan investigasi lebih lanjut.
Ø refleksi pelaksanaan pembelajaran
Ø tes tulis
Ø penyelesaian masalah (problem solving)
Melalui
penerapan model pembelajaran Learning Cycle, ada beberapa
keuntungan yang diperoleh peserta didik.
1) menjadi berpusat pada peserta didik
(student-centered)
2) meningkatkan motivasi belajar karena
peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran
3) membentuk peserta didik yang aktif,
kritis, dan kreatif
4) pembelajaran menjadi lebih bermakna
Selamat belajar. Semoga bermanfaat. ~(‾▿‾~)(~‾▿‾~)(~‾▿‾)~
dina
ReplyDeletehahahaha,,, ~(‾▿‾~)(~‾▿‾~)(~‾▿‾)~
Delete